My
First Day
Hari
ini adalah hari pertamaku sekolah. Hai, namaku Swizy Alberty, panggil Swiz
saja. Aku berasal dari Rusia. Karena pekerjaan ayahku dipindahkan ke Indonesia,
jadi sekarang aku bersekolah di Indonesia. Kalian ingin tahu ciri-ciri fisikku?
Agar jika suatu saat kita bertemu, kalian akan menyapaku dan berkata
“hai Swiz, kau cantik sekali!”
dan aku akan menjawab “ terima kasih”
kemudian
tersenyum dan berlalu pergi. Rambutku berwarna cokelat, sedikit bergelombang,
dan panjang sepunggung. Hidungku? Tentu saja mancung. Tinggiku sekitar 151 cm,
tetapi sangat sesuai dengan tubuhku dan ideal bagi anak seumurku. Semenjak
sampai di Indonesia satu minggu lalu, aku menghabiskan waktu untuk belajar
bahasa Indonesia. Menurutku bahasa Indonesia tidak terlalu rumit dan mudah
untuk dipelajari.
“Swizy, sudah selesai?”
tanya Mom dengan bahasa Indonesia
“Yes,...oh maksudku
iyaa Mom..”
Mom
lahir di Indonesia, karena nenekku adalah orang asli Indonesia sementara
kakekku orang asli Rusia. Setelah 5 tahun melahirkan Mom, mereka pindah ke
Rusia.maka dari itu, Mom sangat mahir berbahasa Indonesia. Aku merapikan tempat
tidur dan menggendong ransel baruku.
“pagi sayang...” sapa
Mom dan Dad.
Sepertinya Dad juga mahir berbahasa Indonesia. Tapi
aku juga tidak mau kalah. Kalau Dad saja bisa, pasti aku juga bisa.
“pagi juga Mom, Dad..”
balasku
“ ayo sarapan dulu”
ajak Mom
“okey!” jawabku “hmm..
sandwichnya enaaakk..”
Aku meneguk susu cokelat.
“come on girl! Kamu
tidak ingin terlambatkan?” ajak Dad.
“tapi kan sekolah mulai
jam 8 pagi, ini saja baru jam 6.20 pagi”
“ ayolah Swizy, ini
Indonesia bukan Rusia, sekolah di Indonesia mulai jam 7 pagi” ujar Mom
“hah? Benarkah? Cepat
sekali, ayo Dad, aku tidak ingin terlambat”
Aku dan Dad masuk kemobil, uppsss.. sepertinya aku
lupa sesuatu, aku lupa berpamitan kepada Mom.
“oh my God!” seruku
sambil menepuk dahi. Aku berlari kedalam rumah dan berpamitan kepada Mom.” Bye
Mom...” ucapku kemudian.
Bruumm...brumm.. aku dan Dan meninggalkan rumah.
Akhirnya
sampai juga di sekolah baruku. SMP Antariksa, begitulah nama sekolahnya. Aku
memasuki gerbang sekolah. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku, rambutku
berkibas-kibas. Semua mata tertuju padaku. Jantungku semakin berdebar dengan
kencang. Deg..deg..deg... serasa tidak dapat dikendalikan. Langkah kaki
kupercepat agar cepat tiba dikelas, karena memang sebelumnya aku sudah
diberitahu masuk dikelas apa. Aku masuk kekelas dengan perasaan campur aduk.
“hai..” sapa seseorang
yang sepertinya melihatku kebingungan.
Aku berbalik, terlihat seorang anak perempuan cantik
dengan tinggi yang setara denganku dan menampakkan senyum indahnya.
“siapa
namamu?” tanyanya.
“em..emm..
Swizy Alberty, panggil Swiz saja” ucap ku terbata-bata.
Aku belum
pernah berbicara dengan orang sebelumnya menggunakan bahasa Indonesia
terkecuali kepada Mom,Dad, dan pak kebun. Oh iya, dan juga kepada Dane,
tetangga baruku. Kurasa dia juga bersekolah disini, tapi aku tak yakin dikelas
mana.
“aku
Alisya Kirana Laufadlesha, kau bisa memanggilku Shasya” ucapnya ramah seraya
menjabat tanganku. “oww.. tanganmu dingin sekali” ucapnya.
Aku tertawa kecil. “ hai, Shasya!”
“ayo kutunjukkan
bangkumu..”ajaknya dan menggandeng tanganku. “nah, kau bisa duduk disini,
kebetulan yang duduk disini hanya satu orang, kau beruntung sekali Swiz!”
Aku meletakkan tas di atas meja dan duduk manis
disana.
“oh,
tunggu, biar kuperkenalkan teman sebangkumu” . Shasya keluar dan tak lama
kemudian masuk lagi dengan meggandeng seorang anak perempuan yang berkulit agak
gelap.
“Ini
Jane” Shasya memperkenalkan anak perempuan tadi.
“hai
Jane, aku..”
“Swiz
kan?” selanya.
Aku melihat Shasya berbisik kepada Jane, tapi kurasa
itu hanya urusan mereka, bukan urusanku.
“maaf
Swiz..” ujar jane tertunduk lesu.
“oh,
no problem, m..maksudku tidak masalah”
“kamu
sih Sya, Swiz aja bilang nggak apa-apa”
“uppsss...maaf
deh, piisss” ucap shasya dengan wajah yang tidak bersalah.
Kami tertawa.
“oh
iya, kamu dari sekolah mana?” tanya Shasya
“aku?
Aku dari Bhousambridge Junior High School di Rusia”
“Rusia?
Jauh sekali” ucap Jane heran
Satu persatu murid lain
berdatangan dan memenuhi mejaku juga kepalaku dengan pertanyaan-pertanyaan
seperti “kau berasal darimana?”, “Apa nama Facebookmu?”, “Twittermu?”, “apa
makanan kesukaanmu?”,”bagaimana harimu?”dan masih banyak lagi sehingga aku
pingsan karena sesak napas.
Saat aku terbangun, aku
sudah ada disebuah ruangan yang entah apa namanya, tapi disana ada obat-obatan
seperti Mini Hospital disekolahku.Aku melirik kesana kemari dan aku menangkap
sosok anak perempuan dengan rambut panjang terurai melampaui punggungnya dan
sedang berdiri didekat pintu masuk ruangan ini. Ternyata itu hanya Shasya yang
sedang menjengukku.
“hai Swiz? Sudah
siuman? Tadi kamu pingsan dikelas” ucapnya seraya mendekatiku
“apa? Pingsan?”
“iya, tadi aku sempat
cemas melihatmu, tapi aku dan teman-teman lain menggotongmu dan membawamu
kesini”
“ini tempat apa?”
tanyaku, mungkin aku terlalu banyak bertanya. Tapi ada pepatah yang mengatakan
‘malu bertanya, sesat dijalan’.
“ini ruang UKS, kalau
orang sakit atau pingsan atau pokoknya yang berkaitan dengan kesehatan, inilah
tempatnya” jelasnya.
“tempat ini seperti
Mini Hospital disekolahku” ucapku “ back to class?” Oh My God, aku lupa bahasa
Indonesianya. Tapi sepertinya Shasya mengerti, karena dia membantuku berdiri
dan membawaku menuju kelas.
Teng...teng...teng...
bel masuk berbunyi. Anak-anak yang tadinya dikantin berhamburan menuju kekelas
mereka masing-masing.
“hai, are you ok?”
“hei, ayolah Dane, aku
sudah bisa berbahasa indonesia, dan kau tentu sudah tahu itukan?” balasku
kepada Dane.
“tentu saja, tadi aku
mendengarmu pingsan dikelas, makanya aku kemari dan kau terlihat baik. Ok, aku
kembali kekelas dulu ya, kelasku tepat berada disebelah kelasmu, see you next
time..” ujar Dane dan kemudian dia berlalu pergi.
Aku mengikuti pelajaran
dikelas ini, suasananya seru dan menyenangkan sekali. Mulai dari memperkenalkan
diri dikelas, praktik membuat kerajinan tangan, dan banyak hal lainnya yang
tidak kalah seru. Ternyata Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang
menarik.
Bel tanda pulang telah
berbunyi. Seusai mengucapkan salam, murid-murid berhamburan keluar kelas,
termasuk aku dan Shasya.
“eh Sya, aku duluan ya,
udah dijemput, bye...”
“iya, iya, bye...”
Aku mendatangi Dad yang sudah menunggu. “hello Dad..”
sapaku.
“ayo”
balas Dad.
Aku masuk kemobil dan menceritakan semua kejadian
hari ini kepada Dad. Ternyata tinggal di Indonesia tidak seburuk yang
kubayangkan. Mereka ramah dan menyenangkan. Aku suka tinggal di Indonesia. aku
menatap langit Indonesia sembari tersenyum bahagia.