Senin, 10 Maret 2014

cerpen anak sekolah



My First Day
            Hari ini adalah hari pertamaku sekolah. Hai, namaku Swizy Alberty, panggil Swiz saja. Aku berasal dari Rusia. Karena pekerjaan ayahku dipindahkan ke Indonesia, jadi sekarang aku bersekolah di Indonesia. Kalian ingin tahu ciri-ciri fisikku? Agar jika suatu saat kita bertemu, kalian akan menyapaku dan berkata
 “hai Swiz, kau cantik sekali!”
 dan aku akan menjawab “ terima kasih”
 kemudian tersenyum dan berlalu pergi. Rambutku berwarna cokelat, sedikit bergelombang, dan panjang sepunggung. Hidungku? Tentu saja mancung. Tinggiku sekitar 151 cm, tetapi sangat sesuai dengan tubuhku dan ideal bagi anak seumurku. Semenjak sampai di Indonesia satu minggu lalu, aku menghabiskan waktu untuk belajar bahasa Indonesia. Menurutku bahasa Indonesia tidak terlalu rumit dan mudah untuk dipelajari.
“Swizy, sudah selesai?” tanya Mom dengan bahasa Indonesia
“Yes,...oh maksudku iyaa Mom..”
            Mom lahir di Indonesia, karena nenekku adalah orang asli Indonesia sementara kakekku orang asli Rusia. Setelah 5 tahun melahirkan Mom, mereka pindah ke Rusia.maka dari itu, Mom sangat mahir berbahasa Indonesia. Aku merapikan tempat tidur dan menggendong ransel baruku.
“pagi sayang...” sapa Mom dan Dad.
Sepertinya Dad juga mahir berbahasa Indonesia. Tapi aku juga tidak mau kalah. Kalau Dad saja bisa, pasti aku juga bisa.
“pagi juga Mom, Dad..” balasku
“ ayo sarapan dulu” ajak Mom
“okey!” jawabku “hmm.. sandwichnya enaaakk..”
Aku meneguk susu cokelat.
“come on girl! Kamu tidak ingin terlambatkan?” ajak Dad.
“tapi kan sekolah mulai jam 8 pagi, ini saja baru jam 6.20 pagi”
“ ayolah Swizy, ini Indonesia bukan Rusia, sekolah di Indonesia mulai jam 7 pagi” ujar Mom
“hah? Benarkah? Cepat sekali, ayo Dad, aku tidak ingin terlambat”
Aku dan Dad masuk kemobil, uppsss.. sepertinya aku lupa sesuatu, aku lupa berpamitan kepada Mom.
“oh my God!” seruku sambil menepuk dahi. Aku berlari kedalam rumah dan berpamitan kepada Mom.” Bye Mom...” ucapku kemudian.
Bruumm...brumm.. aku dan Dan meninggalkan rumah.
            Akhirnya sampai juga di sekolah baruku. SMP Antariksa, begitulah nama sekolahnya. Aku memasuki gerbang sekolah. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku, rambutku berkibas-kibas. Semua mata tertuju padaku. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Deg..deg..deg... serasa tidak dapat dikendalikan. Langkah kaki kupercepat agar cepat tiba dikelas, karena memang sebelumnya aku sudah diberitahu masuk dikelas apa. Aku masuk kekelas dengan perasaan campur aduk.
“hai..” sapa seseorang yang sepertinya melihatku kebingungan.
Aku berbalik, terlihat seorang anak perempuan cantik dengan tinggi yang setara denganku dan menampakkan senyum  indahnya.
            “siapa namamu?” tanyanya.
            “em..emm.. Swizy Alberty, panggil Swiz saja” ucap ku terbata-bata.
 Aku belum pernah berbicara dengan orang sebelumnya menggunakan bahasa Indonesia terkecuali kepada Mom,Dad, dan pak kebun. Oh iya, dan juga kepada Dane, tetangga baruku. Kurasa dia juga bersekolah disini, tapi aku tak yakin dikelas mana.
            “aku Alisya Kirana Laufadlesha, kau bisa memanggilku Shasya” ucapnya ramah seraya menjabat tanganku. “oww.. tanganmu dingin sekali” ucapnya.
Aku tertawa kecil. “ hai, Shasya!”
“ayo kutunjukkan bangkumu..”ajaknya dan menggandeng tanganku. “nah, kau bisa duduk disini, kebetulan yang duduk disini hanya satu orang, kau beruntung sekali Swiz!”
Aku meletakkan tas di atas meja dan duduk manis disana.
            “oh, tunggu, biar kuperkenalkan teman sebangkumu” . Shasya keluar dan tak lama kemudian masuk lagi dengan meggandeng seorang anak perempuan yang berkulit agak gelap.
            “Ini Jane” Shasya memperkenalkan anak perempuan tadi.
            “hai Jane, aku..”
            “Swiz kan?” selanya.
Aku melihat Shasya berbisik kepada Jane, tapi kurasa itu hanya urusan mereka, bukan urusanku.
            “maaf Swiz..” ujar jane tertunduk lesu.
            “oh, no problem, m..maksudku tidak masalah”
            “kamu sih Sya, Swiz aja bilang nggak apa-apa”
            “uppsss...maaf deh, piisss” ucap shasya dengan wajah yang tidak bersalah.
Kami tertawa.
            “oh iya, kamu dari sekolah mana?” tanya Shasya
            “aku? Aku dari Bhousambridge Junior High School di Rusia”
            “Rusia? Jauh sekali” ucap Jane heran
Satu persatu murid lain berdatangan dan memenuhi mejaku juga kepalaku dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “kau berasal darimana?”, “Apa nama Facebookmu?”, “Twittermu?”, “apa makanan kesukaanmu?”,”bagaimana harimu?”dan masih banyak lagi sehingga aku pingsan karena sesak napas.
Saat aku terbangun, aku sudah ada disebuah ruangan yang entah apa namanya, tapi disana ada obat-obatan seperti Mini Hospital disekolahku.Aku melirik kesana kemari dan aku menangkap sosok anak perempuan dengan rambut panjang terurai melampaui punggungnya dan sedang berdiri didekat pintu masuk ruangan ini. Ternyata itu hanya Shasya yang sedang menjengukku.
“hai Swiz? Sudah siuman? Tadi kamu pingsan dikelas” ucapnya seraya mendekatiku
“apa? Pingsan?”
“iya, tadi aku sempat cemas melihatmu, tapi aku dan teman-teman lain menggotongmu dan membawamu kesini”
“ini tempat apa?” tanyaku, mungkin aku terlalu banyak bertanya. Tapi ada pepatah yang mengatakan ‘malu bertanya, sesat dijalan’.
“ini ruang UKS, kalau orang sakit atau pingsan atau pokoknya yang berkaitan dengan kesehatan, inilah tempatnya” jelasnya.
“tempat ini seperti Mini Hospital disekolahku” ucapku “ back to class?” Oh My God, aku lupa bahasa Indonesianya. Tapi sepertinya Shasya mengerti, karena dia membantuku berdiri dan membawaku menuju kelas.
Teng...teng...teng... bel masuk berbunyi. Anak-anak yang tadinya dikantin berhamburan menuju kekelas mereka masing-masing.
“hai, are you ok?”
“hei, ayolah Dane, aku sudah bisa berbahasa indonesia, dan kau tentu sudah tahu itukan?” balasku kepada Dane.
“tentu saja, tadi aku mendengarmu pingsan dikelas, makanya aku kemari dan kau terlihat baik. Ok, aku kembali kekelas dulu ya, kelasku tepat berada disebelah kelasmu, see you next time..” ujar Dane dan kemudian dia berlalu pergi.
Aku mengikuti pelajaran dikelas ini, suasananya seru dan menyenangkan sekali. Mulai dari memperkenalkan diri dikelas, praktik membuat kerajinan tangan, dan banyak hal lainnya yang tidak kalah seru. Ternyata Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang menarik.
Bel tanda pulang telah berbunyi. Seusai mengucapkan salam, murid-murid berhamburan keluar kelas, termasuk aku dan Shasya.
“eh Sya, aku duluan ya, udah dijemput, bye...”
“iya, iya, bye...”
Aku mendatangi Dad yang sudah menunggu. “hello Dad..” sapaku.
            “ayo” balas Dad.
Aku masuk kemobil dan menceritakan semua kejadian hari ini kepada Dad. Ternyata tinggal di Indonesia tidak seburuk yang kubayangkan. Mereka ramah dan menyenangkan. Aku suka tinggal di Indonesia. aku menatap langit Indonesia sembari tersenyum bahagia.